KAWAN JULKIFLI MARBUN -- Banyak pertanyaan yang muncul mengenai musibah tenggelamnya sebuah kapal di Danau Toba dalam momen Lebaran 2018.
Pertama, disebut pada awalnya, bahwa kecelakaan tersebut terjadi karena putusnya tali kemudi. Pertanyaan: Sebegitu burukkah kapal atau fasilitas wisata di Danau Toba yang digadang-gadang selevel internasional itu. Apakah tim dari pihak yang terkait tak pernah meelakukan pemeriksaan rutin bagi moda transportasi danau?
Dua: Kemudian disebut bahwa penyebabnya adalah ombak besar atau cuaca buruk. Pertanyaan: mengapa dalam cuaca buruk toh diizinkan juga berlayar? Ketika kapal menghadapi cuaca sebelum tenggelam, tentu ada waktu walaupun sempit untuk membagikan baju pelampung, atau membuat kontak ke pelabuhan mengenai kemungkinan kapal akan karam. (baca)
Bila melihat dari beberapa video yang beredar, dan dengan jumlah korban yang banyak, sangat diragukan hal standar seperti ini dilakukan.
Bagi yang pernah berliburan ke Danau Toba, coba lihat kapal yang berlayar, betapa sangat tidak standar. Jarang kapal mempunyai pelampung yang cukup. Tahun 1995 bahkan banyak kapal yang tak punya radio penghubung ke darat yang sangat diperlukan saat emergency.
Ketiga: Kapal disebut kelebihan buatan, tak berizin dan tak bermanifest.. what???? (baca)
Keempat: Dalam berbagai video, terlihat bahwa tidak banyak kapal penolong yang datang untuk penyelamatan. Pertanyaan: Inikan momen lebaran, yang tentunya pengunjung akan membludak. Mbok ya seharus patroli pihak kemanan harus dilakukan rutin setiap jam untuk mengantsipasi kecelakaan, khususnya pada saat hari besar.
Sudah saatnya fasilitas dan mod transportasi di Danau Toba diupgrade habis-habisan. Pemerintah jangan lagi main-main dengan keselamatan penumpang. Kecelakaan yang tak perlu seperti ini menodai khidmatnya Lebaran 2018 kali ini.
Semoga kedepannya akan lebih baik.
Pertama, disebut pada awalnya, bahwa kecelakaan tersebut terjadi karena putusnya tali kemudi. Pertanyaan: Sebegitu burukkah kapal atau fasilitas wisata di Danau Toba yang digadang-gadang selevel internasional itu. Apakah tim dari pihak yang terkait tak pernah meelakukan pemeriksaan rutin bagi moda transportasi danau?
Dua: Kemudian disebut bahwa penyebabnya adalah ombak besar atau cuaca buruk. Pertanyaan: mengapa dalam cuaca buruk toh diizinkan juga berlayar? Ketika kapal menghadapi cuaca sebelum tenggelam, tentu ada waktu walaupun sempit untuk membagikan baju pelampung, atau membuat kontak ke pelabuhan mengenai kemungkinan kapal akan karam. (baca)
Bila melihat dari beberapa video yang beredar, dan dengan jumlah korban yang banyak, sangat diragukan hal standar seperti ini dilakukan.
Bagi yang pernah berliburan ke Danau Toba, coba lihat kapal yang berlayar, betapa sangat tidak standar. Jarang kapal mempunyai pelampung yang cukup. Tahun 1995 bahkan banyak kapal yang tak punya radio penghubung ke darat yang sangat diperlukan saat emergency.
Ketiga: Kapal disebut kelebihan buatan, tak berizin dan tak bermanifest.. what???? (baca)
Keempat: Dalam berbagai video, terlihat bahwa tidak banyak kapal penolong yang datang untuk penyelamatan. Pertanyaan: Inikan momen lebaran, yang tentunya pengunjung akan membludak. Mbok ya seharus patroli pihak kemanan harus dilakukan rutin setiap jam untuk mengantsipasi kecelakaan, khususnya pada saat hari besar.
Sudah saatnya fasilitas dan mod transportasi di Danau Toba diupgrade habis-habisan. Pemerintah jangan lagi main-main dengan keselamatan penumpang. Kecelakaan yang tak perlu seperti ini menodai khidmatnya Lebaran 2018 kali ini.
Semoga kedepannya akan lebih baik.
Advertisement