KAWAN JULKIFLI MARBUN -- Pemerintah Amerika Serikat dan Tiongkok sama-sama menyiapkan rencana pengenaan tarif impor di anatara dua negara tersebut hingga bernilai US$50 miliar.
Pemerintah AS menyiapkan daftar berisi 800 produk Tiongkok yang dikenai tarif tinggi mulai 6 Juli mendatang. Produk ini meliputi mesin dan peralatan manufaktur, barang elektronik hingga alat transportasi.
Sementara itu, pemerintah Tiongkok merespons dengan akan memberlakukan tarif 25% terhadap 659 produk AS, mulai dari kedelai, makanan laut, hingga mobil senilai US$50 miliar.
Peneliti Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyoroti khususnya ancaman pengenaan tarif kedelai AS Oleh Tiongkok.
“Permintaan domestik Tiongkok atas minyak nabati cukup besar, (ini jadi) peluang besar (buat Indonesia),” kata Bhima
Dia menilai kebutuhan Tiongkok aka produk minyak nabati, antara lain minyak kedelai cukup besar yang digunakan baik untuk produk makanan dan industri lainnya.
Dengan adanya hambatan tarif dari AS sehingga menjadi mahal harga belinya ujarnya, dalam hal ini Indonesia memiliki peluang untuk memasok minyak nabati alternatif lainnya, yaitu minyak sawit (crude palm oil/CPO).
“Indonesia dan Malaysia punya peluang besar,” kata Bhima. (selanjutnya)
Pemerintah AS menyiapkan daftar berisi 800 produk Tiongkok yang dikenai tarif tinggi mulai 6 Juli mendatang. Produk ini meliputi mesin dan peralatan manufaktur, barang elektronik hingga alat transportasi.
Sementara itu, pemerintah Tiongkok merespons dengan akan memberlakukan tarif 25% terhadap 659 produk AS, mulai dari kedelai, makanan laut, hingga mobil senilai US$50 miliar.
Peneliti Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyoroti khususnya ancaman pengenaan tarif kedelai AS Oleh Tiongkok.
“Permintaan domestik Tiongkok atas minyak nabati cukup besar, (ini jadi) peluang besar (buat Indonesia),” kata Bhima
Dia menilai kebutuhan Tiongkok aka produk minyak nabati, antara lain minyak kedelai cukup besar yang digunakan baik untuk produk makanan dan industri lainnya.
Dengan adanya hambatan tarif dari AS sehingga menjadi mahal harga belinya ujarnya, dalam hal ini Indonesia memiliki peluang untuk memasok minyak nabati alternatif lainnya, yaitu minyak sawit (crude palm oil/CPO).
“Indonesia dan Malaysia punya peluang besar,” kata Bhima. (selanjutnya)
Advertisement