ilustrasi |
Meski demikian, beberapa pengembangan masih terus dilakukan khususnya terkait bahan baku. "Saat ini komponen masih banyak impor, tapi ke depannya sudah mulai bisa diganti dalam negeri," kata Jan Pieter disela rapat umum anggota Pinhantanas, Rabu (21/2).
Untuk itu pelaku bisnis alat pertahanan keamanan swasta ini berharap dukungan besar dari pemerintah demi memajukan industri ini. "Sekarang bagaimana kami bisa dapat jaminan yang berpihak terhadap industri dalam negeri," terang Jan Pieter.
Salah satu peluang ialah mengisi anggaran dana Pinjaman Dalam Negeri (PDN) untuk belanja alutsista militer Indonesia periode 2015-2019 yang senilai Rp 15 triliun.
Dananjaya A. Trihardjo, Presiden Direktur PT Komodo Armament Indonesia (KAI) bilang, anggaran tersebut dapat menjadi potensi besar bagi perusahaan alutsista lokal. "Selain itu, kami lebih menyoroti dari soal niat pemerintah untuk dapat membantu swasta ini," ujarnya ditemui di acara yang sama, Rabu (21/2).
Selain pasar nasional, produsen senjata api ini juga tengah menyasar pasar luar negeri. "Saat ini kami masih penjajakan di Uni Eropa dan kawasan Asean," kata Dananjaya.
Untuk itu Komodo Armament Indonesia berharap agar pemerintah dapat menjadi produsen seperti mereka dengan user. Menurut Dananjaya, terkadang terobosan tersebut dirasa perlu.
Komodo Armament Indonesia yang memiliki pabrik di bekasi ini memproduksi hardware senjata api berupa pistol dan senapan laras panjang. Dengan mengandalkan dua lini produksi, pabrikan memiliki kapasitas terpasang 10.000 pistol per tahun dan 15.000 laras panjang per tahun.
Sementara itu, Bintoro, Direktur PT Wirajayadi Bahari menegaskan perusahaannya siap jika diminta untuk memasok kendaraan tempur militer Indonesia. "Kami punya kemampuan produksi dengan pabrik di Surabaya," terangnya, Rabu (21/2).
Perusahaan tersebut memproduksi kendaraan pengangkut pasukan roda rantai. Bintoro mengklaim perusahaannya sebagai satu-satunya produsen kendaraan roda rantai di Indonesia saat ini. Pabrik Wirajayadi Bahari di Jawa Timur mampu memproduksi kurang lebih 10 unit kendaraan tempur setiap tahunnya. (sumber)
Advertisement