-->

Perbandingan Dua Momen Bersejarah di Suriah

- Maret 12, 2025
Pada Februari 1958, dunia Arab dikejutkan dengan berita penyatuan Mesir dan Suriah. Dua negara dengan sejarah dan budaya yang kaya ini melebur menjadi satu entitas politik baru bernama Republik Arab Bersatu (UAR). 

Di balik peristiwa bersejarah ini, berdiri sosok Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir yang kharismatik, dengan visi pan-Arabisme yang membara.

Nasionalisme Arab yang Membara
Era 1950-an adalah masa keemasan nasionalisme Arab. Semangat anti-kolonialisme dan keinginan untuk bersatu dalam satu bangsa Arab yang kuat berkobar di seluruh wilayah. Nasser, dengan retorikanya yang berapi-api, berhasil menjadi simbol harapan bagi jutaan orang Arab.

Suriah dalam Pusaran Ketidakstabilan
Sementara itu, Suriah dilanda ketidakstabilan politik. Kudeta militer silih berganti, dan ancaman pengaruh komunis semakin nyata. Partai Ba'ath, yang menganut ideologi nasionalisme Arab, melihat penyatuan dengan Mesir sebagai solusi untuk menyelamatkan negara.

Penyatuan yang Penuh Euforia

Pada 1 Februari 1958, Nasser dan Presiden Suriah Shukri al-Quwatli menandatangani pakta persatuan. Jutaan orang turun ke jalan, merayakan kelahiran UAR dengan penuh euforia. Nasser, sebagai presiden UAR, menjadi pemimpin yang paling dihormati di dunia Arab.

Mimpi yang Tak Bertahan Lama
Namun, mimpi indah ini tak bertahan lama. Perbedaan budaya dan politik antara Mesir dan Suriah mulai menimbulkan gesekan. Suriah merasa didominasi oleh Mesir, dan para perwira militer Suriah merasa tersisih.

Kudeta 1961 dan Berakhirnya UAR
Pada September 1961, sekelompok perwira militer Suriah melancarkan kudeta. UAR pun bubar, dan Suriah kembali menjadi negara merdeka. Nasser, meski kecewa, menerima kenyataan ini.

Pelajaran dari UAR

UAR, meski berumur pendek, meninggalkan warisan yang mendalam. Peristiwa ini menunjukkan bahwa persatuan Arab tidak bisa dipaksakan, tetapi harus dibangun atas dasar kesetaraan dan saling menghormati.

SDF Kurdi dan Impian Otonomi

Di sisi lain, kita melihat perjuangan SDF Kurdi di Suriah utara. Kelompok ini, yang didominasi oleh etnis Kurdi, telah memainkan peran penting dalam politik lokal. Mereka bermimpi untuk mendirikan wilayah otonom di Suriah.


Perbandingan dengan UAR

Ada persamaan dan perbedaan antara UAR dan situasi SDF Kurdi. Keduanya sama-sama berjuang untuk mewujudkan impian mereka. Namun, UAR didorong oleh pan-Arabisme, sementara SDF Kurdi lebih fokus pada otonomi wilayah di dalam negara Suriah.

Nasionalisme Suriah yang Inklusif

Jika penyatuan SDF Kurdi dan pemerintah Suriah terjadi, maka itu harus didasarkan pada nasionalisme Suriah yang inklusif, yang mengakui hak-hak semua kelompok etnis dan agama. Ini berbeda dengan UAR, di mana dominasi Mesir menimbulkan ketidakpuasan.
Peran Kekuatan Eksternal

Seperti halnya UAR, situasi SDF Kurdi juga dipengaruhi oleh kekuatan eksternal. Perang Dingin memengaruhi UAR, sementara konflik Suriah saat ini melibatkan banyak negara dengan kepentingan yang berbeda.

Masa Depan Suriah yang Tidak Pasti

Masa depan Suriah masih belum pasti. Apakah SDF Kurdi akan berhasil mewujudkan impian otonomi mereka? Apakah Suriah akan bersatu kembali di bawah satu pemerintahan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Dari peristiwa UAR dan situasi SDF Kurdi, kita bisa belajar bahwa persatuan dan kesatuan adalah hal yang rapuh.

Dibutuhkan komitmen dan kerja keras untuk menjaganya. Negata dengan keberagaman yang tinggi, juga harus terus berupaya memperkuat persatuan dan kesatuan.

Nasionalisme yang Sejati

Nasionalisme sejati bukan hanya tentang slogan dan retorika, tetapi tentang tindakan nyata untuk membangun bangsa yang adil dan makmur bagi semua warganya.

Dialog dan Kompromi

Dalam menyelesaikan konflik, dialog dan kompromi adalah kunci. Semua pihak harus bersedia duduk bersama dan mencari solusi yang saling menguntungkan.

Menghormati Perbedaan
Perbedaan adalah kekayaan, bukan ancaman. Kita harus belajar untuk menghormati perbedaan dan membangun masyarakat yang inklusif.

Membangun Masa Depan Bersama

Mari belajar dari sejarah dan membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa kita. Masa depan yang didasarkan pada persatuan, keadilan, dan perdamaian.

Semangat Persatuan

Semangat persatuan harus terus kita jaga dan pupuk. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa menjadi bangsa yang kuat dan disegani di dunia.

(Dibuat oleh AI)

Advertisement