-->

Melihat Kebangkitan Revolusi Industri 4.0 di Suriah

- Maret 13, 2025
Abdulwahab Omira mengungsi dari Suriah bersama keluarganya saat remaja, tak lama setelah ia dibebaskan dari penjara, setelah menyaksikan kekejaman pemerintahan Bashar Al Assad sebelumnya.

Kini bersama insinyur dan pakar IT Suriah yang bermukim di AS dan luar negeri kembali ke Damaskuss untuk membangun industri IT dan kecerdasan buatan.

"Semua orang bersemangat. Kami ingin membangun. Kami ingin melakukan sesuatu untuk negara kami," kata Omira, 28 tahun, yang mengambil jeda dari program magisternya di bidang kecerdasan buatan di Stanford.

Acara yang dijuluki Sync '25: Silicon Valley + Syria ini diselenggarakan beberapa waktu lalu oleh para teknolog dan pengusaha Suriah-Amerika untuk mengeksplorasi cara-cara agar teknologi dapat membantu Suriah kembali bangkit.

Seperti semua orang di konferensi tersebut, Omira mengakui tantangan yang sangat besar.

Sebagai permulaan, ada tantangan harian untuk mendapatkan listrik dan koneksi internet. 

Banyak mahasiswa muda Suriah yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang AI.

Namun, produk AS, seperti ChatGPT, tidak mudah tersedia karena sanksi AS yang menyeluruh. Jadi, warga Suriah mengatakan bahwa mereka belajar di DeepSeek, model kecerdasan buatan dari Tiongkok.

Pada awal era internet, Suriah dan Mesir merupakan model di Timur Tengah. Piranti lunak dan aplikasi berbahasa Arab diprakarsai oleh dua negara ini meski Suriah kerap dilanda sanksi.

Di masa depan industri IT Suriah diharapkan bangkit kembali dan menjadikan Suriah 'Tiongkok'-nya Timur Tengah.

Advertisement